Senin, 29 April 2013


Berkaitan dengan hari kartini. Berita kali ini akan membahas tentang wanita-wanita luar biasa. Diantaranya, seorang wanita yang berhenti sekolah dan menjadi desainer muda berbakat. Intan avantie adalah anak dari desainer ternama anna avantie. Ia memutuskan berhenti sekolah karena bosan dengan mata pelajaran yang dipelajarinya. Saat di acara hitam putih, intan mengungkapkan penyebabnya putus sekolah. Intan muda sangat mencintai seni gambar, dengan berbagai karyanya. Kini ia menjadi penerus rumah mode avantie. Yang sekarang masih dikendalikan oleh sang ibu.

                Intan mengaku sudah sejak kecil senang dengan tata busana, khususnya kebaya. Menjahit dan meronce, serta sesekali corat-coret rancangan busana sudah mulai dilakukannya sejak kelas V SD. Meski waktu itu baru untuk kesenangan saja.

            ”Saya mulai serius menekuni bidang ini sejak SMA. Waktu itu meski belum memiliki usaha sendiri, saya sudah mengerjakan rancangan busana. Pesanan kali pertama saya terima adalah kebaya untuk wisuda,” tutur Intan.

            Dengan telaten, Intan mengerjakan sendiri rancangannya selama lebih kurang sebulan. Karya perdananya tersebut dihargai Rp 150 ribu. Nilai yang membuat kebahagiaannya membuncah.

            Selepas kuliah, Intan memberanikan diri membuka usaha. Namun karena sudah tak ada lagi ruang di rumahnya yang memenuhi syarat, terpaksa dia menggunakan garasi sebagai kantor.

            “Dengan sedikit merenovasi garasi, akhirnya jadilah kantor saya. Karena sudah tak mampu bekerja sendiri, saya mempekerjakan seorang karyawan. Kantor garasi saya di rumah yang lama bertahan selama tiga tahun, hingga akhirnya pindah rumah,” terangnya.

            Tanpa dinyana, di rumah yang baru pun Intan ”kehabisan” ruangan untuk kantor. Sekali lagi, garasi kembali menjadi sasaran. Dengan sedikit sentuhan artistik, Intan berhasil menyulap garasi rumah ini menjadi kantor yang cukup representatif.

            “Kita mulai saja dengan apa yang ada. Karena adanya garasi, ya tempat itulah yang saya optimalkan. Ibu pun tidak pernah protes ataupun memberi masukan. Saya diajarkan untuk mengoptimalkan apa pun yang telah saya miliki,” beber Intan.

            Optimaliasi juga diwujudkan sebagai cara unik untuk meminimalkan konflik, baik dengan pelanggan maupun dengan karyawan. Kepada masing-masing karyawan diberikan sebuah diary atau buku harian pribadi.

            “Kita sebagai manusia memiliki kelemahan yang mendasar, yaitu lupa. Maka untuk meminimalkan masalah, baik dengan pelanggan maupun karyawan, termasuk dengan saya sendiri, saya gunakan diary tersebut,” cetus Intan yang kini menaungi 40 karyawan di butiknya.

            Selain itu, demi memelihara kenyamanan kerja, Intan mengaku sangat memperhatikan masalah kesejahteraan. “Kesejahteraan bagi karyawan merupakan hal utama. Tapi saya juga memberikan reward and punishment. Biar ada disiplin di situ. Intinya, karyawan saya minta bekerja dengan hati. Tujuannya tak lain untuk lebih mengoptimalkan kerja, selain untuk terciptanya suasana kerja yang kondusif,” paparnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar